Titan, Tempat Paling Layak Huni Menggantikan Bumi
Rahasia Menjadi Manusia yang Kaya Raya
40 Bentuk PC Paling Menakjubkan Yang Belum Pernah Anda Lihat
10 Negara Ini Pernah Ada di Bumi dan Sekarang Hilang
9 Tuntutan Yang Pernah Dilayangkan Kepada Google
Rahasia Menjadi Manusia yang Kaya Raya
40 Bentuk PC Paling Menakjubkan Yang Belum Pernah Anda Lihat
10 Negara Ini Pernah Ada di Bumi dan Sekarang Hilang
9 Tuntutan Yang Pernah Dilayangkan Kepada Google
Jesse Tafero, terpidana atas tuduhan pembunuhan, dieksekusi mati menggunakan kursi listrik di Florida, Amerika Serikat, Jumat 4 Mei 1990. Namanya masuk dalam buku sejarah ketika proses eksekusi tidak berjalan lancar. Kursi listrik rusak tiga kali dan menyebabkan api muncul di atas kepala pria berusia 43 tahun itu.
Kematian dengan cara ini mengundang perdebatan atas metode hukuman mati. Beberapa negara bagian di AS kemudian berhenti menggunakan fasilitas kursi listrik dan memilih penggunaan suntik mati.
Di akhir abad 20, penggunaan kursi listrik semakin sulit karena dua faktor: kesulitan menemukan algojo dan teknisi yang bisa memperbaiki kursi tersebut. Namun, penggunaan suntik mati pun juga mengundang kontroversi karena hanya segelintir orang yang paham cara meracik obat hingga menyebabkan orang lain tewas dengan cara cepat.
Jika salah dilakukan, obat kombinasi kelumpuhan dan dosisi tinggi dari potassium chloride bisa menyebabkan lumpuh. Membuat si terpidana tewas dengan cara menyakitkan.
Bukan cuma Tafero yang tewas dengan cara tidak manusiawi. Terpidana lain Horace F Dunkins, juga mengalami nasib sama ketika kursi listrik yang mencabut nyawanya rusak di Alabama. Butuh waktu 19 menit untuk Dunkins tewas. Terpidana Allen Lee "Tiny" Davis yang berbobot 156 kilogram bahkan berteriak kesakitan dengan darah mengucur ke baju ketika eksekusi dengan kursi listrik di Florida tahun 1998. Menurut pihak berwenang, darah itu berasal dari hidung Davis.
Penggunaan suntik mati yang kini lebih populer juga mengalami kendala logistik. Dilansir dari Kompas, Jumat (4/5) para petinggi di Oklahoma City mengalami penipisan stok pentobarbital, obat suntik untuk hukuman mati. Oklahoma adalah negara bagian yang paling banyak menjatuhkan hukuman mati per kapita dibandingkan negara bagian lain di AS. Cadangan obat pentobarbital mereka saat ini hanya tinggal satu ampul. Kelangkaan ini terjadi karena Uni Eropa melarang penjualan obat tersebut karena tidak setuju dengan hukuman mati. Oklahoma tinggal memiliki satu stok pentobarbital setelah eksekusi mati Michael B Selsor awal pekan lalu. Sumber
Ternyata Para Pria di Indonesia Terancam Jomblo Permanen
Beginilah Gambaran Acara-acara TV 2013 di Indonesia (Komik)

0 komentar:
Posting Komentar
Komen yang sopan....
Kalau ada kesalahan pada posting atau link rusak. Bilang aja sama admin.
Jangan nge SPAM, jangan karena blog ini dofollow
Intinya, Anda sopan saya segan, Anda lancang saya cincang...!!!
Saya memoderasi komentar Anda, supaya saya bisa membaca komentar2 dari Anda