8 Prosedur Medis yang tidak Perlu, Tapi sering Dilakukan

Titan, Tempat Paling Layak Huni Menggantikan Bumi
Rahasia Menjadi Manusia yang Kaya Raya
40 Bentuk PC Paling Menakjubkan Yang Belum Pernah Anda Lihat
10 Negara Ini Pernah Ada di Bumi dan Sekarang Hilang
9 Tuntutan Yang Pernah Dilayangkan Kepada Google

[lihat.co.id] - Tidak semua dokter bijaksana dalam memberikan layanan kesehatan kepada pasien. Ada dokter-dokter yang nakal dan memberikan pemeriksaan dan perawatan yang sebenarnya tidak diperlukan sehingga malah membuat biaya yang dibayar jadi membengkak.

Prihatin dengan kondisi ini, 25 organisasi profesi medis yang beranggotakan sekitar 725.000 dokter di AS menyusun daftar prosedur yang sebenarnya tidak perlu dilakukan, tapi masih sering diberikan. Ada lebih dari 130 prosedur yang berhasil dihimpun, tapi ada 8 yang paling sering dilakukan.

1. Merangsang persalinan sebelum kehamilan 39 minggu

[lihat.co.id] - Melakukan induksi untuk persalinan normal atau bedah caesar sebelum kehamilan berusia 39 minggu dianggap tidak perlu. Menurut American College of Obstetricians dan Gynecologists, persalinan sebelum kehamilan berusia 39 minggu berisiko membuat bayi mengalami kesulitan belajar, gangguan pernafasan dan risiko lainnya. Induksi sebelum kehamilan berusia 39 minggu terkadang diperlukan, tapi hanya direkomendasikan untuk mengetes kematangan paru-paru janin, bukan digunakan untuk mempermudah persalinan.

2. Memberi makan pasien demensia lewat infus

[lihat.co.id] - Dari berbagai penelitian yang dilakukan, American Geriatrics Society menegaskan bahwa pemakaian tabung makan tidak memberikan hasil yang lebih baik bagi pasien demensia atau pikun. Organisasi ini merekomendasikan untuk membantu pasien makan langsung lewat mulut saja.

3. Pap smear tahunan pada usia 30 - 65 tahun

[lihat.co.id] - American College of Obstetricians dan Gynecologists menegaskan bahwa secara rata-rata, tes pap smear rutin tahunan untuk mengetahui keberadaan kanker serviks tidak lebih bermanfaat ketimbang pemeriksaan dengan rentang waktu 3 tahun sekali.

4. Pemeriksaan CT scan untuk anak-anak

[lihat.co.id] - Sekitar 50 persen anak-anak yang mengunjungi unit gawat darurat di rumah sakit karena mengalami cedera kepala menjalani pemeriksaan CT scan. Pemeriksaan ini akan membuat anak terpapar radiasi yang dapat meningkatkan risikonya terserang kanker di masa depan. American Academy of Pediatrics merekomendasikan untuk melakukan pengamatan klinis terlebih dahulu sebelum memutuskan melakukan pemeriksaan CT scan. 

5. Tes echocardiographic stress untuk pasien tanpa gejala

[lihat.co.id] - American Society of Echocardiography menghimbau untuk menghindari stress test menggunakan echocardiographic guna menilai risiko penyakit kardiovaskular pada orang yang tidak memiliki gejala dan risiko penyakit jantung koroner. Rekomendasi menyatakan bahwa echocardiography stress hanya sedikit sekali memberikan informasi tentang penilaian risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

6. Obat pengontrol gula darah untuk pasien 65 tahun ke atas

[lihat.co.id] - Pada pasien diabetes tipe 2 berusia 65 dan lebih tua lagi, penggunaan obat pengontrol gula darah tidak diperlukan. Rekomendasi dari American Geriatrics Society menyatakan bahwa tidak ada bukti obat pengontrol gula darah dapat bermanfaat pada penderita diabetes yang lebih tua. Bahkan penggunaan obat untuk menekan kadar gula darah secara ekstrim bisa berisiko bahaya

7. Melakukan EEG pada pasien sakit kepala berulang

[lihat.co.id] - Sakit kepala berulang adalah keluhan nyeri yang paling umum terjadi.
Diperkirakan sekitar 20 persen orang mengalami gangguan ini. Rekomendasi dari American Academy of Neurology menyatakan bahwa EEG (electroencephalography) tidak lebih bermanfaat ketimbang evaluasi klinis biasa untuk mendiagnosis sakit kepala.

8. Mengobati refluks asam lambung pada bayi

[lihat.co.id] - Muntah atau gumoh pada bayi disebabkan karena refluks asam.
Kondisi ini lumrah ditemui pada bayi yang bersendawa, batuk atau menangis setelah minum susu
Penyebabnya karena katup antara kerongkongan dan perut belum mampu bekerja dengan sempurna.

Terapi anti refluks yang sering diresepkan pada orang dewasa dengan gastroesophageal reflux (GERD) tidak akan berefek sama pada bayi.

Bahkan Society of Hospital Medicine menemukan bukti terapi tersebut sebenarnya berbahaya pada situasi tertentu.

Sumber

Ternyata Para Pria di Indonesia Terancam Jomblo Permanen

Beginilah Gambaran Acara-acara TV 2013 di Indonesia (Komik)