Rahasia Menjadi Manusia yang Kaya Raya
40 Bentuk PC Paling Menakjubkan Yang Belum Pernah Anda Lihat
10 Negara Ini Pernah Ada di Bumi dan Sekarang Hilang
9 Tuntutan Yang Pernah Dilayangkan Kepada Google
Seorang reporter yang mengenal baik pria dari etnis Tionghoa itu menuturkan pengalaman misterinya ketika berkunjung ke rumah Boen Foet Chong yang waktu itu bermukim di sebuah desa di bilangan daerah Kabupaten Deli Serdang.
�Hei, kamu Tengku�.., kok sampai nyasar kemari ?� Tanyanya bercanda sambil menggenggam erat jari jemariku pada saat bersalaman.
�Sudah kenal istriku, bukan?� Tanya tuan rumah begitu kami duduk di sofa tamu. �Tidak secantik istriku yang telah meninggal, namun ia seorang perempuan yang setia.�
�Yang lama setia juga, bukan?� Aku balik bertanya.
Aku terdiam. Dalam hati berkata-kata, mungkin A Bun tidak ingin mengingat-ingat masa lalunya lagi.
Saodah datang sambil menghidangkan minuman dan makanan ringan di meja tamu. Kemudian bergabung ngobrol dengan kami. Aku punya kesempatan mencuri pandang ke arahnya yang mengambil tempat duduk berseberangan. Saodah berwajah ayu dan hitam manis. Kutaksir usianya belum dua puluh tahun, sementara A Bun sebagai suaminya mungkin sudah 40 tahun. Nampaknya Saodah lebih tepat dianggap anak gadisnya.
�Kami menikah belum lama, sekitar 6 bulan yang lalu!� Kata A Bun menjelaskan tanpa ditanya.
�Tentang masalah itu, tak usahlah kau tahu, Tengku� jawabnya ketika aku bertanya. �Itu rahasia perusahaan!�
�Artinya kau takut aku kelak akan menyaingimu, bukan?�
�Oh, ya�.� ungkap A Bun kemudian. �Kau nggak buru-buru pulang ke Banda Aceh, �..?�
�Ada apa rupanya?� Aku balik bertanya.
�Kebetulan besok aku akan berangkat ke Penang, Malaysia untuk periksa kesehatan. Mungkin beberapa hari berada di sana. Pembantu kami permisi pulang menjenguk orang tuanya yang sakit di Perbaungan.�
�Terus ?�
�Aku minta tolong menemani Saodah di rumah selama aku pergi, maukan?� Sejenak aku tertegun. Lalu bertanya-tanya dalam hati, percaya sekali si A Bun ini meninggalkan istrinya berduaan di rumah mereka.
Aku senyum saja.
�Lagi pula Bik Atun besok mungkin sudah kembali, bagaimana kau bersedia?� A Bun seperti setengah memaksa. Dan aku menjawabnya dengan anggukan kepala saja.
Malam kedua menjelang subuh, aku mendengar suara dan bunyi aneh-aneh yang datang dari arah samping kamar dimana aku tidur. Segera aku bangkit dari pembaringan.
Aku sudah akan beranjak dari jendela ketika melihat seseorang yang tengah mengendap-endap diantara deretan batang pisang dan semak-semak liar yang tumbuh dibawahnya. Dan aku sempat kaget manakala memastikan dia adalah Saodah, istri A Bun. Lalu apa kerja perempuan itu berada di sana pagi-pagi buta begini? Entah kenapa, aku sangat berminat untuk mengetahuinya. Sehingga kedua bola mataku nyaris tak berkedip ke arahnya.
Sekilas mirip uang kertas nominal lima puluh ribu dan seratusan. Saodah terus membungkuk memungut lembaran uang kertas tersebut dari pohon pisang yang satu ke batang lainnya. Dan ditangannya sudah penuh, mungkin sudah mencapai jutaan. Kalau itu uang sungguhan, dari mana datangnya? Kenapa ada uang nyangkut di pohon pisang?
Jam dinding baru saja berbunyi 12 kali ketika seekor kelelawar meluncur terbang rendah lalu hinggap dan bertengger dengan kedua kaki diatas dan kepala serta tubuhnya dibawah pada selembar daun pisang. Melalui bingkai jendela kamar, aku melihat sepasang kuku-kuku kakinya mencengkram gulungan kertas ukuran kecil-kecil.
Ingin memastikan apa yang ditinggalkan kalong-kalong tersebut di pohon pisang, segera kudatangi pohon yang terdekat. Tak kuragukan lagi, gulungan itu ketika kubuka merupakan uang lima puluhan dan ratusan ribu rupiah. Tanganku gemetaran, dan tidak berminat mengambilnya, karena yakin uang itu datang dari setan kalong.
Senja itu aku sudah ingin pulang ke Banda Aceh ketika hujan turun sangat lebatnya. Hujan yang turun bersama kilat dan petir tersebut telah menghalangi niatku untuk meninggalkan rumah ini.
Aku masih coba menebak-nebak ketika Saodah tahu-tahu sudah berada di dekatku. Malam itu dia minta ditemani tidur, karena dihantui ketakutan oleh ramainya kalong seperti ingin mengurung rumah. Kalau sekadar menemani tidur, mungkin itu biasa. Yang tidak biasa, jika pria dan wanita berbaring satu ranjang tidak melakukan persetubuhan. Aku melupakan Saodah adalah istri orang. Seperti diluar kesadaran, aku telah �terjebak� dengan permainan ranjang yang cukup spesial dan mengasyikkan. Perbuatan terlaknat tersebut kami lakukan sampai tiga kali, menjelang tidur ditengah derasnya hujan diwarnai guntur dan petir.
Segera kukenakan pakaian, ingin tahu apa yang terjadi di atas sana. Begitu berada di lantai dua, bulu kudukku merinding. Aura mistis datang menyergap bersamaan terpandangku lukisan kalong dalam ukuran besar di salah satu pintu kamar. Aku masih bingung ketika dari bawah celah pintu muncul sinar redup. Mirip sinar lilin yang baru dinyalakan dan bersamaan bau menyan mewarnai ruangan lantai dua tersebut.
Aku masih terpana ketika dihadapanku muncul seekor kalong terbang rendah, lalu meluncur melayang-layang mengelilingi ruangan. Semakin lama kalong itu semakin besar, bersiap-siap ingin menyerangku. Serangan itu mampu kuelakkan, sehingga serangan kalong raksasa tersebut tidak menemui sasarannya. Ketika kalong itu terdorong ke depan, aku tidak menyia-nyiakan kesempatan membekuk leher dan memegang erat kedua sayapnya.
�Kau ?� Tanyaku spontan.
�Ya, ini aku �. A Bun�..kenapa? kaget ya?� Pria WNI keturunan Tionghoa ini menyeringai, seringai setan. Menyeramkan!
�Katanya kau di Malaysia, apa sebenarnya yang telah terjadi?� Nekad aku bertanya.
�Panjang ceritanya, kawan!� Kata A Bun sinis. �Sebaiknya kau tak perlu tahu!�
�Tapi��.?�
Nyaliku ciut. Mungkin A Bun marah, mengetahui aku telah selingkuh dengan istrinya. Sehingga yang diperintahkannya barusan, segera kupatuhi. Tanpa menghiraukan hujan yang terus mengguyur dini hari itu aku langsung pergi.
Hingga tulisan ini kuselesaikan, aku masih belum tahu dimana keberadaan pasangan suami istri tersebut sekarang. Namun aku yakin kalau mereka masih hidup, pasti mereka akan terus membangun rumah lagi di tempat lain dan menanam pohon pisang di pekarangannya. Sebagai syarat untuk melakukan ritual pemujaan setan kalong.
Ternyata Para Pria di Indonesia Terancam Jomblo Permanen
Beginilah Gambaran Acara-acara TV 2013 di Indonesia (Komik)

0 komentar:
Posting Komentar
Komen yang sopan....
Kalau ada kesalahan pada posting atau link rusak. Bilang aja sama admin.
Jangan nge SPAM, jangan karena blog ini dofollow
Intinya, Anda sopan saya segan, Anda lancang saya cincang...!!!
Saya memoderasi komentar Anda, supaya saya bisa membaca komentar2 dari Anda
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.